MEMBUMIKAN
BUDAYA LITERASI
|
ENDANG KOMARA,
Prof, Drs, Dr, M.Si
|
Guru Besar Sosiologi Pendidikan Kopertis Wilayah IV Dpk
pada STKIP Pasundan
Ketua STKIP Pasundan, Sekretaris Paguyuban Profesor dan,
Ketua KORPRI Kopertis
Wilayah IV
|
Salah satu satu Kebijakan Kemendikbud RI pada Tahun 2017 yang sedang
digiatkan adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN). Hal tersebut sejalan dengan
Visi Pendidikan Nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan yang kuat dan
berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia menjadi manusia yang
berkualitas. Gerakan Literasi Nasional dilakukan secara masif, baik dilakukan
dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat diharapkan bangsa Indonesia menjadi
sebuah bangsa yang memiliki tingkat budaya bangsa yang tinggi. Budaya baca yang
tinggi merupakan modal yang sangat berharga menjadi bangsa yang maju dalam
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia saat ini. Karena Aktivitas
membaca belum mendapat tempat dalam hati masyarakat Indonesia. Masyarakat
Indonesia masih terbiasa dengan budaya lisan. Hasil penelitian UNESCO Tahun
2012 menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya,
hanya 1 dari 1000 orang yang memiliki minat baca. Selebihnya, belum memiliki
minat baca, dalam artian membaca buku atau bahan cetak. Budaya literasi menurut
Haryati (2014) adalah kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses
membaca dan menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses
kegiatan tersebut akan menciptakan karya.
Budaya literasi bukan hanya identik dengan baca dan tulis, tetapi juga
literasi informasi, literasi media, literasi budaya, literasi teknologi,
literasi keuangan, dan sebagainya. Intinya, setiap masyarakat dapat melek
literasi sebagai modal untuk menjadi manusia yang maju, modern, dan beradab.
Cara membumikan budaya literasi tidak terpisahkan dari gerakan
penumbuhan budi pekerti. Menurut Apandi (2016) ada tujuh nilai budi pekerti
yang dapat diambil dalam membumikan budaya literasi di Indonesia, antara lain: Pertama, rasa ingin tahu (knowing). Orang yang terbiasa membaca
buku memiliki rasa ingin tahu tentang masalah yang ingin diketahuinya. Bahkan
bukan hanya dari buku, dia akan membaca dari sumber-sumber lain, baik medi
cetak maupun elektronik. Juga bertanya atau berdiskusi dengan orang lain yang
dianggap lebih tahu daripada dirinya sendiri. Sebagai orang yang memiliki rasa
ingin tahu yang tinggi, dia haus akan informasi, ilmu pengetahuan, serta tidak
malu bertanya kepada siapapun orang yang dinilainya lebih tahu. Orang yang
banyak membaca dan banyak bertanya tentunya akan menjelma menjadi manusia yang
awalnya serba tidak tahu menjadi serba tahu.
Kedua, mental ingin tahu (mentality of knowing). Orang yang rajin membaca
tentunya memiliki cita-cita atau keinginan agar dirinya maju atau kualitas
hidupnya meningkat. Para pengusaha (intreprineurship) mendapatkan ilmu tentang kesuksesan disamping
mengikuti seminar atau pelatihan bisnis juga dia sering membaca buku tentang
marketing yang efektif sehingga menjadi para pengusaha yang sukses. Ketiga, berpikir kritis dan analitis (critical and analytical thinking).
Orang-orang yang banyak membaca akan memiliki kemampuan berpikir kritis
dibandingkan dengan orang yang tidak membaca. Kemampuan analisisnya pun kian
terasah. Setiap kata dan kalimat yang dibaca mendorongnya untuk terus berpikir
dan menganalisis. Tidak jarang ide menulis muncul ketika dia sedang atau
setelah membaca buku. Dengan kata lain, aktivitas membaca buku membuat otaknya
terus bekerja dan menghasilkan pemikiran baru.
Keempat, keinginan untuk berbagi (sharing).
Setelah membaca buku, tentunya seseorang mendapatkan ilmu dan ilmu tersebut
akan semakin bermanfaat jika dibagikan kepada orang lain. Baginya ilmu yang
dibagikan kepada orang lain akan semakin menambah kebermanfaatan. Ada nilai
ibadah dan kepuasan dari ilmu yang dibagikan kepada orang lain. Kelima, disiplin. Orang yang membaca
buku tentunya akan disiplin menyempatkan waktu untuk membaca. Sesibuk apapun,
dia akan pandai mengatur waktu untuk membaca. Baginya, membaca adalah kebutuhan
sekaligus kewajiban yang harus ditunaikan. Dengan membiasakan membaca, maka
hidupnya akan lebih teratur dan disiplin.
Keenam, kerja keras (hard working), orang
yang membaca tentunya membutuhkan kerja keras untuk melakukannya. Membaca
memang bisa menggunakan metode cepat (skimming)
atau metode lambat, atau membaca setiap lembar. Ketujuh bersyukur (grateful), aktivitas membaca tentunya
membutuhkan kesehatan yang prima. Semakin banyak membaca maka insya Allah
tingkat rasa syukur pun akan semakin meningkat. Dan ketika seorang manusia
banyak bersyukur, niscaya Allah akan menambah nikmatnya, antara lain badannya
semakin bugar dan matanya semakin sehat.
Dengan membumikan budaya literasi diharapkan melalui aktivitas membaca
mampu membentuk individu dan masyarakat yang haus akan ilmu pengetahuan,
menghargai ilmu pengetahuan, dan ingin menyebarkan ilmu pengetahuan. Aktivitas
membaca pun akan melahirkan manusia pembelajar, selalu berpikir positif, dan
senantiasa melakukan perubahan dalam kehidupannya. *** Semoga ***.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar