Minggu, 18 Maret 2018

MEMBUMIKAN BUDAYA LITERASI

MEMBUMIKAN BUDAYA LITERASI  



ENDANG KOMARA,
Prof, Drs, Dr, M.Si

Guru Besar Sosiologi Pendidikan Kopertis Wilayah IV Dpk pada STKIP Pasundan
Ketua STKIP Pasundan, Sekretaris Paguyuban Profesor  dan,
Ketua KORPRI Kopertis Wilayah IV


Salah satu satu Kebijakan Kemendikbud RI pada Tahun 2017 yang sedang digiatkan adalah Gerakan Literasi Nasional (GLN). Hal tersebut sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional yaitu terwujudnya sistem pendidikan yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan warga negara Indonesia menjadi manusia yang berkualitas. Gerakan Literasi Nasional dilakukan secara masif, baik dilakukan dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat diharapkan bangsa Indonesia menjadi sebuah bangsa yang memiliki tingkat budaya bangsa yang tinggi. Budaya baca yang tinggi merupakan modal yang sangat berharga menjadi bangsa yang maju dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia saat ini. Karena Aktivitas membaca belum mendapat tempat dalam hati masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia masih terbiasa dengan budaya lisan. Hasil penelitian UNESCO Tahun 2012 menyebutkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001. Artinya, hanya 1 dari 1000 orang yang memiliki minat baca. Selebihnya, belum memiliki minat baca, dalam artian membaca buku atau bahan cetak. Budaya literasi menurut Haryati (2014) adalah kebiasaan berfikir yang diikuti oleh sebuah proses membaca dan menulis yang pada akhirnya apa yang dilakukan dalam sebuah proses kegiatan tersebut akan menciptakan karya.
Budaya literasi bukan hanya identik dengan baca dan tulis, tetapi juga literasi informasi, literasi media, literasi budaya, literasi teknologi, literasi keuangan, dan sebagainya. Intinya, setiap masyarakat dapat melek literasi sebagai modal untuk menjadi manusia yang maju, modern, dan beradab.
Cara membumikan budaya literasi tidak terpisahkan dari gerakan penumbuhan budi pekerti. Menurut Apandi (2016) ada tujuh nilai budi pekerti yang dapat diambil dalam membumikan budaya literasi di Indonesia, antara lain: Pertama, rasa ingin tahu (knowing). Orang yang terbiasa membaca buku memiliki rasa ingin tahu tentang masalah yang ingin diketahuinya. Bahkan bukan hanya dari buku, dia akan membaca dari sumber-sumber lain, baik medi cetak maupun elektronik. Juga bertanya atau berdiskusi dengan orang lain yang dianggap lebih tahu daripada dirinya sendiri. Sebagai orang yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dia haus akan informasi, ilmu pengetahuan, serta tidak malu bertanya kepada siapapun orang yang dinilainya lebih tahu. Orang yang banyak membaca dan banyak bertanya tentunya akan menjelma menjadi manusia yang awalnya serba tidak tahu menjadi serba tahu.
Kedua, mental ingin tahu (mentality of knowing). Orang yang rajin membaca tentunya memiliki cita-cita atau keinginan agar dirinya maju atau kualitas hidupnya meningkat. Para pengusaha (intreprineurship)  mendapatkan ilmu tentang kesuksesan disamping mengikuti seminar atau pelatihan bisnis juga dia sering membaca buku tentang marketing yang efektif sehingga menjadi para pengusaha yang sukses. Ketiga, berpikir kritis dan analitis (critical and analytical thinking). Orang-orang yang banyak membaca akan memiliki kemampuan berpikir kritis dibandingkan dengan orang yang tidak membaca. Kemampuan analisisnya pun kian terasah. Setiap kata dan kalimat yang dibaca mendorongnya untuk terus berpikir dan menganalisis. Tidak jarang ide menulis muncul ketika dia sedang atau setelah membaca buku. Dengan kata lain, aktivitas membaca buku membuat otaknya terus bekerja dan menghasilkan pemikiran baru.
Keempat, keinginan untuk berbagi (sharing). Setelah membaca buku, tentunya seseorang mendapatkan ilmu dan ilmu tersebut akan semakin bermanfaat jika dibagikan kepada orang lain. Baginya ilmu yang dibagikan kepada orang lain akan semakin menambah kebermanfaatan. Ada nilai ibadah dan kepuasan dari ilmu yang dibagikan kepada orang lain. Kelima, disiplin. Orang yang membaca buku tentunya akan disiplin menyempatkan waktu untuk membaca. Sesibuk apapun, dia akan pandai mengatur waktu untuk membaca. Baginya, membaca adalah kebutuhan sekaligus kewajiban yang harus ditunaikan. Dengan membiasakan membaca, maka hidupnya akan lebih teratur dan disiplin.
Keenam, kerja keras (hard working), orang yang membaca tentunya membutuhkan kerja keras untuk melakukannya. Membaca memang bisa menggunakan metode cepat (skimming) atau metode lambat, atau membaca setiap lembar. Ketujuh bersyukur (grateful), aktivitas membaca tentunya membutuhkan kesehatan yang prima. Semakin banyak membaca maka insya Allah tingkat rasa syukur pun akan semakin meningkat. Dan ketika seorang manusia banyak bersyukur, niscaya Allah akan menambah nikmatnya, antara lain badannya semakin bugar dan matanya semakin sehat.

Dengan membumikan budaya literasi diharapkan melalui aktivitas membaca mampu membentuk individu dan masyarakat yang haus akan ilmu pengetahuan, menghargai ilmu pengetahuan, dan ingin menyebarkan ilmu pengetahuan. Aktivitas membaca pun akan melahirkan manusia pembelajar, selalu berpikir positif, dan senantiasa melakukan perubahan dalam kehidupannya. *** Semoga ***.    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar