Selasa, 07 Juni 2016

SYAUM & SIKAP DISIPLIN ENDANG KOMARA Guru Besar Sosiologi Pendidikan, Ketua STKIP Pasundan, Wakil Ketua ABMPTS Jabar-Banten, Ketua Korpri Kopertis Wilayah IV

Syaum Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam dan merupakan ibadah yang dilaksanakan secara tahunan artinya dilaksanakan hanya satu kali dalam satu tahun. Syaum secara etimologi artinya menahan diri dan mencegah dari sesuatu. Sedangkan dari terminologi (istilah syar’ii adalah menahan diri dari semua jenis makanan ataupun minuman serta hawa nafsu di waktu siang dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari dengan niat ibadah kepada Allah semata. Dan sebagian ahli fiqh (fuqoha’) mendefinisikan puasa dengan menahan diri dari dua syahwat (nafsu) yaitu syahwat perut dan syahwat kemaluan, dan dari segala sesuatu yang masuk kerongga (perut) dari semua jenis makanan dan minuman serta obat-obatan baik yang bermanfaat ataupun yang berbahaya dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan ridho-Nya. Khutbah dan Nasehat Rasulullah Saw dalam menyongsong bulan Ramadhan dari Salman RA dia berkata: Rasulullah Saw berkhutbah di tengah-tengah kami pada akhir bulan Sya’ban, beliau Saw bersabda: wahai manusia bulan yang agung, bulan yang penuh berkah telah menaungi kalian, bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan, bulan yang padanya Allah mewajibkan berpuasa, dan mensunahkan qiyamullail, barang siapa pada bulan itu mendekatkan diri kepada Allah dengan satu kebaikan nilainya (pahalanya) seperti orang yang melakukan ibadah wajib pada bulan lain, dan barang siapa yang melakukan satu ibadah wajib pada bulan itu nilainya (pahalanya) sama dengan tujuh puluh kali lipat ibadah wajib yang dilakukan pada bulan lainnya, bulan Ramadhan adalah bulan sabar, sabar itu balasannya surga, Ramadhan adalah bulan santunan, bula ditambahkannya rizki orang mukmin. Siapa yang memberi makanan untuk berbuka pada seorang yang berpuasa, balasannya adalah ampunan terhadap dosa-dosanya, dan dibebaskan dari neraka dan dia mendapatkan pahala sebesar yang didapat orang-orang yang berpuasa, tanpa dikurangi pahala orang tersebut, sahabat bertanya: ‘’ya Rasulullah diantara kami ada yang tidak memiliki makanan untuk berbuka yang dapat diberikan kepada orang yang berpuasa?’’ Rasulullah Saw menjawab: ‘’Pahala tersebut akan diberikan Allah, meskipun yang diberikan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa hanya satu buah kurma, atau seteguk air atau sesendok mentega’’. Bulan Ramadhan awalnya rahmat, tengahnya ampunan dan akhirnya pembebasan dari api neraka, siapa yang memberikan keringanan pada hamba sahaya (pembantunya) pada bulan itu Allah akan mengampuni dosanya, dan dia dibebaskan dari neraka. Pada bulan ini perbanyaklah 4 (empat) hal, dua diantaranya yang membuat kamu diradhoi Rabbmu dan dua yang lainnya sesuatu yang sangat kamu butuhkan, dua hal yang membuat kamu diridhoi Rabbmu adalah: Bersaksi bahwa tiada Tuhan yang haq untuk disembah kecuali Allah dan kamu meminta ampunan-Nya. Sedangkan dua hal hal yang sangat kamu butuhkan adalah: Kamu meminta syurga kepada Allah dan kamu meminta perlindungan kepada Allah dari neraka. Allah berfirman dalam Q.S. Al Baqarah, 184, bahwa: Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Sejalan dengan bulan Ramadhan, Rasulullah Saw mengingatkan agar ibadah syaum yang kita jalankan jangan sampai tidak melahirkan manfaat dan hanya menghasilkana lapar dan haus. Bulan penggemblengan jiwa dan raga ini seyogyanya mampu melahirkan insan lebih mulia. Bulan Ramadhan yang datang berulang setiap tahun menyiratkan, di balik siklus astronomik peredaran bulan dan bumi, terkandung pesan bahwa iman dan ketakwaan manusia harus diperiksa ulang. Ramadhan memberikan kesempatan manusia untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas iman, takwa serta amal saleh kepada sesama. Ibadah syaum memang erat dikaitkan dengan kepedulian terhadap sesama, khususnya kepada kaum dhuafa, yang hidup berkesusahan. Di Negara kita, meski BPS menyebut ada penurunan, jumlahnya masih 28,6 juta (11,25 persen jumlah penduduk Indonesia sekitar 252 juta). Dalam konteks ini, berpuasa juga diniscayakan untuk meningatkan kepekaan terhadap kaum miskin yang jumlahnya masih banyak, yang tentunya terkait dengan kebijakan pembangunan yang perlu dikoreksi. Dalam lingkup individu, ada kewajiban memperhatikan kepedulian dan keberpihakan kepada mereka yang belum sejahtera. Ramadhan juga yang merupakan upaya mengasah batin, agar dalam haus dan lapar, mata hati tetap bersinar, menerangi alam kejiwaan insan yang berpuasa. Memang inilah indah yang penuh makna. Di satu sisi, kita diperintahkan untuk merasakan hal yang membatasi, seperti menahan lapar dan haus serta hasrat dan pikiran buruk, tetapi melalui jalan itu pula kita diharapkan mendapatkan pencerahan. Siapa yang memberi minum kepada orang yang berpuasa, Allah akan memberi minuman kepadanya dari telagaku yang tidak akan menjadi haus sampai dia masuk syurga. (H.R. Ibnu Khuzaiman). Sikap Disiplin Disiplin adalah suatu ketaatan dan kepatuhan terhadap nilai-nilai yang dipercaya, termasuk melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab. Adanya peraturan-peraturan yang disertai hukuman yang setimpal. Hal ini tidak lain agar setiap manusia belajar hidup disiplin dan mentaati aturan yang ada sehingga dunia tidak kacau-balau dan manusia tidak dapat berbuat sekehendak hatinya. Bagaimana membentuk suatu sikap disiplin? Yaitu membentuk perilaku yang bersifat kebiasaan, tentunya kebiasaan yang bersifat positif. Menurut para psikolog, 90% perilaku kita bersifat kebiasaan. Mulai bangun tidur di pagi hari sampai berangkat tidur lagi di malam hari. Ada ratusan hal yang kita lakukan dengan cara yang sama setiap harinya, seperti wudhu, mandi, gosok gigi, berpakaian, menyantap makanan dan lain-lain. Sadar atau tidak, kita melakukan serangkaian kebiasaan setiap hari bertahun-tahun membiasakan diri untuk berperilaku positif, ternyata butuh waktu yang lama. Jika dilakukan secara intensif dan tanpa putus, menanamkan sebuah perilaku positif hanya butuh waktu 21 hari. Pakar neuroscience, Rachmat Sentika (2013) mengatakan, berdasarkan penelitian, langkah perubahan perilaku terdiri atas 3 (tiga) tahap dalam membiasakan kebiasaan baru dan jalur-jalur neuron yang baru mulai terbentuk. Tujuh hari pertama adalah tahapan menanamkan pengetahuan untuk mempengaruhi pola pikir. Tujuh hari kedua adalah tahapan internalisasi untuk menjadikan suatu perilaku yang telah diketahui sebagai pola sikap atau kebiasaan. Dan tujuh hari terakhir merupakan tahapan untuk mengubah pola sikap yang menjadikan budaya baru. Seperti halnya syaum di bulan Ramadhan, 10 hari pertama penyesuaian pola pikir tentang hakikat puasa, 10 hari kedua penyesuaian pola sikap penyesuaian pola sikap, dan 10 hari ketiga diharapkan perilaku dalam berpuasa dapat menjadi budaya baru. Salah satu hikmah bulan Ramadhan adalah disiplin. Islam mengajarkan kita untuk bersikap disiplin: disiplin pengendalian diri, disiplin waktu, dan macam-macam disiplin lainnya yang salah satunya melalui bulan Ramadhan. Syaum Ramadhan yang dialksanakan selama 30 hari akan mengajarkan kita bagaimana bersikap disiplin waktu/ selama 30 hari kita akan diajarkan untuk bangun di waktu sahur, berghenti makan sebelum adzan Subuh. Dan kita berbuka pada waktu yang telah ditentukan yaitu saat adzan Maghrib. Setelah itu melaksanakan shalat tarawih, pada waktu yang telah ditentukan juga, yaitu ba’da Isya. Maha suci Allah yang telah membuat aturan-aturan yang begitu sempurna. Seringkali kita berfikir, mengapa harus syaum? Banyak orang yang menganggap aktivitas yang diatur selama bulan Ramadhan itu memberatkan dan menganggap sepele aturan puasa, padahal dibalik semua itu banyak hikmah yang bisa didapat. Disiplin hanyalah sebagian kecil dari hikmah syaum Ramadhan. Dan makan minumlah hingga terang bagaimana benang putih dari benang hitam, yaitu fajar, kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam (Q.S. Al Baqarah, 187). Dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah Ta’ala membolehkan makan sampai terbitnya fajar Subuh hingga datangnya malam yang ditandai dengan tenggelamnya matahari, yaitu di waktu adzan Maghrib. Serangkaian ritual selama bulan Ramadhan itu sudah diatur oleh Allah yang dapat mengajarkan kepada kita bersikap disiplin waktu. Beberapa manfaat disiplin selama bulan Ramadhan adalah, pertama, bangun untuk sahur yang bisa dilakukan antara jam 2-4 pagi ini mengajarkan kita untuk membiasakan bangun sepertiga malam untuk sholat Tahajud. Kedua, sholat berjemaah di masjid juga membiasakan kita selama satu bulan agar berkelanjutan di bulan-bulan berikutnya. Ketiga, membiasakan disiplin mengendalikan diri dengan bersikap sabar. Keempat, disiplin dalam menjaga hawa nafsu. Kelima, kalau bulan puasa biasanya rajin membaca Al Qur’an maka dengan membiasakan diri selama 30 hari bulan Ramadhan ini akan membentuk budaya baru dengan membaca Al Qur’an di bulan-bulan berikutnya. Dan keenam, zakat, infak dan shadakah di bulan Ramadhan diteruskan pada bulan-bulan berikutnya. Seperti itulah kedisiplinan yang ditanamkan di bulan Ramadhan, yaitu membentuk suatu siklus kebiasaan yang kita lakukan secara berulang-ulang dan terus menerus secara berkesinambungan sehingga sehingga menjadi suatu kebiasaan positif yang kita lakukan. Diharapkan kebiasaan yang dilakukan selama bulan Ramadhan ini tetap berkelanjutan pada bulan-bulan berikutnya. *** Semoga ***.