Jumat, 26 Juli 2013

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI Endang Komara Guru Besar Kopertis Wilayah IV dan Wakil Ketua Bidang Akademik di STKIP Pasundan

Penjamin mutu di Peguruan Tinggi merupakan strategi Direktur Pendidikan tinggi untuk meningkatkan kualitas perguruan tinggi di Indonesia sebagaimana tertuang dalam Higher Education Long Term Strategi (HELTS) 2003-2010 antara lain: ‘’ Penjamin mutu pendidikan tinggi di perguruan tinggi adalah proses penerapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan dan pendidikan tinggi secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga stakeholder (mahasiswa, orang tua, dunia kerja, pemerintah, dosen, tenaga penunjang, serta pihak lain yang berkepentingan) memperoleh kepuasan’’. Dengan demikian, penjaminan mutu diharapkan dilakukan di seluruh perguruan tinggi dengan memperhatikan butir-butir mutu yang diterapkan antara lain; kurikulum program studi, sumber daya manusia (dosen dan tenaga penunjang), mahasiswa, proses pembelajaran, prasarana dan sarana, suasana akademik, keuangan, penelitian dan publikasi, pengabdian kepada masyarakat, tata pamong, manajemen lembaga, sistem informasi, serta kerjasama dalam dan luar negeri). Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2) UU. No. 12 Tahun 2012 terdiri atas: a. sistem penjamin mutu internal yang dikembangkan oleh perguruan tinggi; dan b. sistem penjamin eksternal yang dilakukan melalui akreditasi. Lebih lanjut Pasal 52 ayat (1) dilakukan melalui: penetapan standar pendidikan tinggi; pelaksanaan standar pendidikan tinggi; evaluasi standar pendidikan tinggi; pengendalian standar pendidikan tinggi; dan peningkatan standar pendidikan tinggi. Standar Pendidikan Tinggi menurut Pasal 54 UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi meliputi: 1) Standar Nasional Pendidikan; standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan. 2) Standar Penelitian; standar hasil, astandar arah, standar pengelolaan, standar proses, standar pembiayaan, standar kompetensi, standar sarana dan prasarana. 3) Standar Pengabdian Kepada Masyarakat: standar hasil, standar arah, standar pengelolaan, standar proses, standar pembiayaan, standar kompetensi, standar sarana dan prasarana. Proses penjamin mutu menurut Rinda Hedwig (2007) yaitu pertama-tama perguruan tinggi melakukan evaluasi diri untuk mengetahui tantangan dan hambatan yang dihadapi, kemudian melakukan tinjauan terhadap kesesuaian vis dan misi dalam menjawab tantangan dan hambatan tersebut, termasuk di dalamnya menetapkan visi dan misi. Ditekankan dalam pembuatan visi dan misi adalah sebaiknya visi yang dibuat adalah satu visi yang merupakan mimpi bersama dari perguruan tinggi dan hendak diwujudkan secara bersama. Sedangkan misi mendapatkan muatan kompetensi sehingga misi ini dapat diturunkan hingga tingkat program studi. Visi dan misi dijabarkan menjadi serangkaian kebijkan mutu dan supaya terlihat lebih jelas benang merah yang menghubungkan antara visi, misi dan kebijakan mutu maka dibuatkan sasaran mutu. Sasaran mutu memuat lebih jelas mengenai ukuran yang hendak ditetapkan oleh perguruan tinggi tersebut. Dengan adanya sasaran mutu ini maka kemudian perguruan tinggi menentukan proses pendukung agar sasaran mutu dapat tercapai. Bila proses pendukung telah ditetapkan maka selanjutnya yang disusun adalah struktur organisasi yang di dalamnya memuat unit yang memberikan dukungan terhadap proses tersebut. Hal ini sangatlah penting karena tidak mungkin sasaran dapat dicapai jika tidak ada satu pun unit pendukung dibentuk guna membantu tercapainya sasaran yang ditetapkan. Selain unit, pendukung bisa berupa kebijakan yang mengarah kepada pencapaian sasaran tersebut. Tahap berikutnya adalah perguruan tinggi mulai melaksanakan penjaminan mutu dengan menerapkan manajemen mutu yang kemudian diikuti proases evaluasi dan revisi dari standar mutu melalui tolak ukur secara berkelanjutan. Proses yang menjaga agar penjaminan ini secara konsisten dilakukan adalah proses pengawasan (monitoring) dan evaluasi secara internal yaitu di dalam proses tersebut memuat kegiatan audit, asesmen dan evaluasi. Kegiatan ini walaupun secara teori terpisah-pisah, namun secara praktis tidak dipisahkan antara satu dengan yang lain. Salah satu definisi menyebutkan bahwa perguruan tinggi adalah suatu satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Tujuan pendidikan tinggi ialah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi bertujuan meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Dengan demikian menurut Indrajit dan Djokopranoto (2006) ada lima dimensi makna yang melekat pada manajemen perguruan tinggi modern, yaitu dimensi keilmuan (ilmu dan teknologi), dimensi pendidikan (pendidikan tinggi), dimensi sosial (kehidupan sosial), dimensi korporasi (satuan pendidikan atau penyelenggara), dan dimensi etis. Dimensi etis. Universitas dikenal sebagai pusat kreativitas dan pusat penyebaran ilmu pengetahuan bukan demi kreativitas sendiri, tetapi demi kesejahteraan umat manusia. Hakikat tugas dan panggilan universitas ialah mengabdikan diri pada penelitian, pengajaran dan pendidikan para mahasiswa yang dengan suka rela bergabung dengan para dosen dalam cinta yang sama akan pengetahuan. Universitas adalah suatu komunitas akademik yang dengan cermat dan kritis membantu melindungi dan meningkatkan martabat manusia dan warisan budaya melalui penelitian, pengajaran dan berbagai pelayanan yang diberikan kepada komunitas setempat, nasional, dan bahkan internasional. Universitas begumul dalam pencarian akan kebenaran secara terus-menerus dan mengkomunikasikannya kepada kaum muda dan kepada siapapun yang belajar berpikir, sehingga dapat secara benar bertindak dan melayani umat manusia dengan lebih baik. Di dalam konteks pencarian kebenaran secara utuh, universitas mempunyai kebebasan akademik. Kebebasan akademik berakar pada martabat manusia yang mempunyai kebebasan internal atau kebebasan dasar dalam pribadinya. Dimensi keilmuan. Dunia perguruan tinggi adalah dunia ilmu pengetahuan. Tujuan utama pendidikan tinggi adalah mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan dengan proses belajar mengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Hanya di perguruan tinggi melalui pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan betul-betul dikembangkan. Universitas adalah suatu masyarakat akademik, yaitu masyarakat akademik, yaitu masyarakat ilmu pengetahuan yang mempunyai otonomi ilmu pengetahuan berupa kebebasan akademik dalam tiap disiplin ilmu sesuai dengan prinsip dan metode masing-masing. Oleh karena itu, para dosen harus berusaha selalu meningkatkan kompetensi di bidang ilmu pengetahuan dan penelitian yang dikuasainya. Demikian pula para mahasiswa dirangsang untuk berpikir kritis, sistematis, dan taat asas serta mau dan mampu belajar seumur hidup. Dimensi Pendidikan. Pendidikan tinggi adalah pendidikan, yaitu pendidikan pada tingkat tinggi. Namun, hal ini sering menimbulkan polemik, apakah memang betul bahwa proses yang terjadi di universitas merupakan suatu pendidikan atau suatu pembelajaran karena arti ‘pendidikan’ beda dengan ‘pembelajaran’. Dalam proses pembelajaran, mahasiswa diusahakan menjadi orang yang belajar, mau belajar terus-menerus. Proses pembelajaran umumnya bersifat formal. Sebaliknya, pendidikan adalah proses penyiapan manusia muda menjadi dewasa, yaitu manusia yang mandiri dan bertanggung jawab. Pendidikan dapat diberikan, baik dalam kurikulum intra, kurikulum ektra, maupun kurikulum tersembunyi. Dalam kurikulum intra, pendidikan dapat diberikan dalam bentuk penjelasan dan contoh aplikasi ilmu pengetahuan. Dalam kurikulum ektra, pendidikan dapat diberikan dalam seni budaya, seni olah raga, seni organisasi dan sebagainya Dimensi Sosial. Penemuan ilmiah dan penemuan teknologi telah menciptakan pertumbuhan ekonomi dan industri yang sangat besar. Melalui pertumbuhan ekonomi dan industri, kesejahteraan manusiapun ditingkatkan. Melalui kegiatan dan perjuangan para ahli dan mahasiswa, kehidupan demokrasi ditingkatkan dan martabat manusia lebih dihargai. Perguruan tinggi mempersiapkan para mahasiswa untuk mengambil tanggung jawab di dalam masyarakat. Dari para lulusannya, masyarakat mengharapkan pembaruan dan perbaikan terus-menerus dalam tata kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Lebih lanjut, melalui pengajaran dan penelitian, perguruan tinggi diharapkan memberikan sumbangan dalam memecahkan berbagai problem yang sedang dihadapi masyarakat seperti kekurangan pangan, pengangguran, kekurangan pemeliharaan kesehatan, ketidakadilan, kebodohan dan sebagainya. Dimensi Korporasi. Perguruan tinggi memberikan jasa kepada masyarakat berupa pendidikan tinggi dalam bentuk proses belajar mengajar dan penelitian. Yang diajarkan dan diteliti adalah ilmu pengetahuan. Jadi, bisnis pendidikan ialah ilmu pengetahuan. Perguruan tinggi mempunyai pelanggan, yaitu para mahasiswa dan masyarakat pengguna lulusannya. Perguruan tinggi menghadapi persaingan, yaitu antar perguruan tinggi lain, baik dari dalam maupun luar negeri. Apabila mahasiswa (pelanggan) perguruan tinggi terlalu sedikit, perguruan tinggi tidak dapat membiayai dirinya sendiri, sehingga mengalami defisit dan kalau terus-menerus demikian, kelangsungan hidupnya terancam. Ada semacam break even point yang harus dicapai dalam penyelenggaraan perguruan tinggi. Perguruan tinggi memiliki dan mengelola berbagai sumber daya seperti manusia, barang-barang, peralatan keuangan, dan metode. Perguruan tinggi perlu memperkenalkan produknya pada masyarakat agar dikenal dan dibeli. Semuanya menunjukkan adanya kesamaan antara perguruan tinggi dengan perusahaan. Inilah yang dimaksud dengan korporasi perguruan tinggi. Sistem Penjamin mutu pendidikan tinggi merupakan kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan, baik melalui sistem penjamin mutu internal maupun sistem penjamin mutu eksternal. Semoga. ***

MEMAKNAI FENOMENA MUDIK LEBARAN

Mudik adalah kegiatan perantau atau pekerja migran untuk kembali ke kampung halamannya. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan, misalnya menjelang lebaran. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang tersebar di perantauan, selain itu tentunya juga sowan dengan orang tua. Tradisi mudik hanya ada di Indonesia dan tidak di kenal di negara-negara lain, seperti halnya di Malaysia dan Brunei Darussalam. Sebuah gejala unik terjadi setiap tahunnya di Indonesia, yang mana secara budaya sangat sakral untuk umat Muslim sehingga tak satupun orang Muslim mau melewatkannya. Setelah berpuasa sebulan ini di bulan Suci Ramadhan 1434 H, ada hadiah besar untuk setiap orang Muslim yakni Lebaran atau Idul Fitri di mana semua orang saling memaafkan kesalahan dan kekhilafan yang telah diperbuatnya. Pemudik rela antri berjam-jam untuk mendapatkan tiket bus atau kereta api, atau bahkan menyewa mobil. Berdesak-desakan di dalam angkutan umum, berpanas-panasan di atas sepeda motor dan macet berjam-jam di jalanan merupakan kejadian yang selalu terjadi di setiap Lebaran. Bagi mereka kerepotan, penderitaan dan kesulitan yang dihadapi selama dalam perjalanan pulang kampung tidak dianggap ada masalah setelah mereka bertemu dengan anggota keluarganya. Dalam kenyataannya, perjalanan panjang selama mudik sering menjadi cerita yang menarik untuk diceritakan kepada keluarganya. Pepatah Tionghoa mengatakan: ‘’Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya’’. Hal ini dirasakan sekali pada saat menjelang hari raya Idul Fitri (Lebaran), dimana banyak sekali orang kejangkitan penyakit ‘’Rindu Mudik’’. Rindu ini bukan hanya dirasakan oleh Umat Muslim saja melainkan oleh hampir semua orang Indonesia yang berada di rantau, entah ia berada di New York, Amsterdam, Hongkong maupun di Jakarta. Rasa rindu yang dirasakan oleh mereka yang tinggal di Hong Kong maupun di Jakarta sama yang beda hanya jaraknya saja. Pada saat kita rindu mudik, kita teringat akan kampung halaman dan orang-orang yang kita kasihi, hal ini membuat kita jadi sedih, sakit dan dan ingin berkumpul dengan mereka. Oleh sebab itulah dalam bahasa Spanyol rindu mudik ini di sebut ‘’el mal de corazon’’ = sakit hati. Kita teringat akan kampung halaman, orang tua, masa-masa yang indah di waktu kecil. Pada saat kita masih kecil, mungkin kita harus hidup dengan segala keterbatasan, tetapi kalau saya jujur itu, bagi saya masa tersebut adalah masa yang paling indah di dalam kehidupan saya. Ingatan saya ketika masa tersebut adalah : ‘’Woouooo … w… fantastic, its wonderfull, if we wanna to remember our childhood!’’. Mungkin sebagian kita masih ingat ketika masa sekolah SD, SMP maupun SMA, nonton bioskop, mincing ikan, bermain di waktu hujan turun. Memang kalau dibandingkan dengan permainan anak-anak zaman sekarang, ini tidak ada apa-apanya, tetapi bagi sebagian orang masa tersebut mempunyai nilai yang sangat indah dan tak terlupakan. Jadi rindu mudik tersebut bisa disamakan juga dengan rindu akan masa lampau – Nostalgia. Kata Nostalgia itu diserap dari dua kata dalam bahasa Yunani ‘’Notos’’ = kembali ke rumah dan ‘’algos’’ = sakit atau rindu. Ridu mudik atau rindu akan kampung halaman dalam bahasa Inggris disebut Homesick sedangkan dalam bahasa Jerman ‘’Heimweh’’. Weh = sakit, Heim = tanah air. Kata Heim itu sendiri diserap dari bahasa Jerman kuno Heimoti = Surga. Kata Mudik diserap dari kata ‘’Udik’’ yang berarti desa atau jauh dari kota alias di udik. Mudik berarti kembali ke udik, ke asal usul kita oleh sebab itu entah tinggal di rumah mewah yang bernilai ratusan milyar ataupun bermukim di Amsterdam ataupun Holywood sekalipun, ini tidak akan bisa menggantikan suasana seperti rumah di kampung halaman sendiri, walaupun itu di udik sekalipun juga. Jadi tepatlah pada saat kita sedang rindu mudik, kampung halaman itu bagi kita sama seperti juga ‘’surga’’. Pada saat tersebut mungkin merasa iri terhadap mereka yang bisa pulang mudik ke kampung halamannya. Di Eropa, penyakit rindu mudik ini lebih dikenal dengan sebutan ‘’penyakit orang Swiss’’. Masalahnya sejak abad ke-15 banyak sekali pemuda di Swiss yang bekerja sebagai tentara bayaran di Italy, Perancis, Jerman maupun Belanda. Mereka itu adalah serdadu bayaran pertama, oleh sebab itu juga sampai saat ini di Vatikan masih tetap mengerjakan para serdadu Swiss. Kelemahan dari para serdadu Swiss itu mereka sering rindu mudik. Hal ini membuat banyak serdadu tersebut yang sering minggat maupun bunuh diri. Maka dari itu pada abad ke-18 di Perancis orang akan dihukum mati apabila berani menyanyikan atau bersiul lagu kampungnya orang Swiss ‘’Kuhreihen’’ (Ranz de Vaches), mereka takut para serdadu bayaran mereka minggat. Apakah efeknya sama; seperti kalau orang Jawa mendengar lagu ‘’Bengawan Solo’’? Maka dari itu juga banyak orang Indonesia dirantau senang mendengar lagu musik Keroncong untuk mengurangi rasa rindu mudik. Kenapa orang Jawa lebih sering rindu mudik? Mungkin karena dalam bahasa Jawa kata ‘’dalem’’ berarti ‘’saya’’ dan kata ‘’dalem’’ itu juga identik dengan ‘’tempat tinggal’’. Mungkin kita bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan lebih berlimpah ruah di tanah orang, tetapi materi tidak akan bisa menggantikan maupun mengisi kekosongan maupun kesepian diri dan batin kita. Semakin lama kita berada di tanah orang semakin terasakan kekosongan jiwa kita, sama seperti juga handphone yang kehabisan batterie. Pada saat kita mudik, kita bisa nge-charge kembali batin dan kekosongan jiwa kita. Kita bisa mendapatkan kembali siraman rasa kasih dari orang di sekitar kita untuk mengembalikan kembali kegersangan, kekosongan maupun kesepian hidup kita dirantau. Sama seperti juga pada saat mengisi batterie; ini tidak harus berbulan-bulan walaupun hanya seminggu atau beberapa hari sekalipun juga, hal ini sudah dapat mengembalikan kembali keseimbangan jiwa kita. Entah kita ini seorang pejabat tinggi, direktor maupun pengusaha, ketika dirantau kita tetap saja Mr. Nobody atau sekedar nomor saja, tetapi di kampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara maupun anak. Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi. Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang rumah atau di samping meja kerjanya seperti yang dihayati di kota. Di kampung halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai kemanusiaan. Fenomena mudik merupakan ajang tali silaturahmi, karena mereka selama satu tahun atau lebih berpisah kini dapat berkumpul, bercengkrama, bersandau gurau, serta melepas rindu antar saudara dan kerabat. Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam kerukunan, atau rukun dalam kehidupan. Pada saat mudik; kita bisa menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh lagi kita bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita. Bagi mereka yang tidak begitu bahagia sehingga tidak bisa mudik, mungkin masih tetap bisa bersilaturahmi melalui surat, chatting, email, video maupun telepon, sebab kata arti sebenarnya dari silaturahmi adalah mendekatkan hubungan kekeluargaan dari segi aspek psikologis atau rohani saja, tanpa kehadiran jasmani dan fisik. Beda ‘’silaturahim’’ sebab kata tersebut mengandung makna lebih dalam. Kata ‘’rahim’’ berarti menyertakan jasmani dan rohani. Manfaat silaturahim sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Syihab berkata, Anas bin Malik telah mengabarkanku bahwa sesungguhnya Rasulullah saw telah bersabda: ‘’barang siapa yang ingin dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaknya menyambung tali silaturahmi’’. (HR. Bukhori). Silaturahmi adalah menyambung tali persaudaraan sesama kerabat dekat dan berbuat baik terhadap mereka, baik melalui ucapan maupun perbuatan. Silaturahmi sangat dianjurkan oleh agama. Kita juga dianjurkan bersilaturahmi terhadap sesama teman, mitra kerja dan tetangga kita. Silaturahmi dapat menepis dari kemiskinan dan kesengsaraan. Orang yang menjalin silaturahmi akan diluaskan rizkinya. Rizkinya melimpah tidak akan kekurangan. Berkat silaturahmi pula, Allah Swt akan menghilangkan berbagai kesulitan dari apa yang dihadapinya. Melimpahnya rizki bukan saja dialami oleh orang yang berbuat baik, melainkan terhadap orang yang berbuat maksiat pun akan tetap rizkinya berkembang dan bertambah. Itulah keberkahan silaturahmi. Selain itu, silaturahmi juga akan mendatangkan umur panjang. Artinya umurnya akan bermanfaat, diisi dengan berbagai amal yang bermanfaat. Orang yang silaturahmi akan produktif, bermanfaat bagi orang lain, selalu diliputi oleh kesenangan dan kebahagiaan. Orang yang sering bersilaturahmi juga akan banyak dikenang kebaikannya, walaupun orang tersebut telah meninggal. Selalu dibicarakan dan disebut-sebut oleh keluarganya. Inilah hikmah silaturahmi: diluaskan rizkinya, dikenang kebaikannya, dipanjangkan umurnya, khusnul khatimah, dicintai dalam keluarga dan juga merupakan kunci masuk syurga. Mudah-mudahan mudik tahun ini lebih aman, tertib dan nyaman sehingga tercipta mudik yang sebenarnya yakni kembali ke kampung rohani dan mudah-mudahan Allah Swt akan mempertemukan kembali dengan Ramadhan berikutnya. ***Semoga. ***