Kecerdasan moral adalah kemampuan memahami hal yang
benar dan yang salah: artinya, memiliki keyakinan etika yang kuat dan bertindak
berdasarkan keyakinan tersebut, sehingga orang bersikap benar dan terhormat.
Kecerdasan yang sangat penting ini mencakup karakter utama, seperti kemampuan
untuk memahami penderitaan orang lain dan tidak bertindak jahat; mampu
mengendalikan dorongan dan menunda pemuasan; mendengarkan dari berbagai pihak
sebelum memberikan penilaian; menerima dan menghargai perbedaan; bisa memahami
pilihan yang tidak etis; dapat
berempati; memperjuangkan keadilan; dan menunjukkan kasih sayang dan rasa
hormat terhadap orang lain.
Hal tersebut merupakan sifat-sifat utama yang akan
membentuk anak didik menjadi baik hati, karakter kuat, dan warga negara yang
baik (Good Citizenship). Kita melihat
betapa anak-anak semakin tenggelam dalam berbagai persoalan yang serius karena
mereka tidak pernah mempelajari kecerdasan moral. Dengan naluri yang lemah, kontrol
diri yang rapuh, kepekaan moral uyang kurang, dan keyakinan yang salah, membuat
anak-anak mengalami hambatan. Meski penyebab merosotnya moralitas sangatlah
kompleks, terdapat fakta yang tidak dapat dipungkiri: lingkungam moral tempat
anak-anak dibesarkan saat ini sangat meracuni kecerdasan moral mereka. Mengapa
demikian? Pertama, sejumlah faktor
sosial kritis yang membentuk karakter bermoral secara perlahan mulai runtuh,
yaitu: pengawasan orang tua, teladan perilaku bermoral, pendidikan spiritual
dan agama, hubungan akrab dengan orang dewasa, sekolah khusus, norma-norma yang
jelas, dukungan masyarakat, stabilitas,
dan pola asuh yang benar. Kedua,
anak-anak secara terus-menerus menerima masukan dari luar yang bertentangan
dengan norma-norma yang tengah kita tumbuhkan. Kedua faktor tersebut berperan
terhadap kerusakan moral anak-anak kita bersamaan dengan hilangnya kepolosan
mereka.
Tantangan semakin besar karena pengaruh buruk tersebut
muncul dari berbagai sumber yang mudah didapat anak-anak. Televisi, film, video
permainan, musik pop, dan iklan memberikan pengaruh terburuk bagi moral mereka
karena menyodorkan sinisme, pelecehan, materialisme, seks bebas, kekasaran, dan
kekerasan. Hal-hal buruk di dunia internet juga sangat mengejutkan: pornografi,
pencurian dan penyiksaan/pembunuhan, pemujaan setan, pedofilia, dan bergitu
banyak situs-situs penghasut yang mengajarkan kebencian, yang semuanya bisa
lolos dari sistem filter terbaik sekalipun. Tentu saja media popular bukan
satu-satunya yang memberi pengaruh buruk; siapa pun atau apa pun yang
berbenturan dengan keyakinan dengan keyakinan moral keluarga adalah ancaman,
termasuk di dalamnya teman sebaya dan orang dewasa.
Kenyataannya pengaruh negatif begitu melekat
dalam budaya kita, sehingga hampir tidak
mungkin menghindarkan anak-anak dari pengaruh tersebut. Meskipun kita sudah
berusaha membatasi atau melarang penggunaan media tersebut di rumah, sekali
mereka keluar rumah, mereka bisa mendapatkannya di mana-mana. Itulah sebabnya
mengapa membangun kecerdasan moral sangat penting dilakukan agar suara hati
anak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, sehingga mereka dapat
menangkis pengaruh buruk dari luar.
Kecerdasan moral menjadi otot kuat yang diperlukan untuk melawan tekanan
buruk dan membekali anak kemampuan bertindak tanpa bantuan orang tuanya.
Kecerdasan moral seperti diungkapkan oleh Michele Borba Ed. D. (2008) terbangun dari
tujuh kebajikan utama yaitu: empati, hati nurani, kontrol diri, rasa hormat,
kebaikan hati, toleransi, dan keadilan yang membantu anak menghadapi tantangan
dan tekanan etika yang tidak dapat dihindarkan dalam kehidupannya kelak.
Semuanya itu dapat diajarkan, dicontohkan, disadarkan, serta didorong sehingga
dapat dicapai anak.
Pertama, empati merupakan inti emosi moral yang membantu anak
memahami perasaan orang lain. Kebijakan ini membuatnya menjadi peka terhadap
kebutuhan dan perasaan orang lain, mendorongnya menolong orang yang kesusahan
atau kesakitan, serta menuntutnya memperlakukan orang dengan kasih sayang.
Emosi moral yang kuat mendorong anak bertindak benar karena ia bisa melihat
kesusahan orang lain sehingga mencegahnya melakukan tindakan yang dapat melukai
orang lain.
Kedua, hati nurani adalah suara hati yang membantu anak memilih
jalan yang benar darpada jalan yang salah serta berada di jalur yang bermoral;
membuat dirinya merasa bersalah ketika menyimpang dari jalur semestinya.
Kebajikan ini membentengi anak dari pengaruh buruk dan membuatnya mampu
bertindak benar meski tergoda untuk melakukan hal yang sebaliknya. Kebajikan
ini merupakan fondasi bagi perkembangan sifat jujur, tanggung jawab, dan
berintegritas diri yang tinggi.
Ketiga, kontrol diri membantu anak menahan dorongan dari
dalam dirinya dan berpikir sebelum bertindak, sehingga ia melakukan hal yang
benar, dan kecil kemungkinan mengambil tindakan yang akan menimbulkan akibat
buruk. Kebajikan ini membantu anak menjadi mandiri karena ia tahu bahwa dirinya
bisa mengendalikan tindakannya sendiri. Sifat ini membangkitkan sikap murah dan
baik hati karena anak mampu menyingkirkan keinginan memuaskan diri serta
merangsang kesadaran mementingkan keperluan orang lain.
Keempat, rasa hormat mendorong anak bersikap baik dan
menghormati orang lain. Kebajikan ini mengarahkan anak memperlakukan orang lain
sebagaimana ia ingin orang lain memperlakukan dirinya, sehingga mencegah anak bertindak kasar, tidak
adil dan bersikap memusuhi. Jika anak terbiasa bersikap hormat terhadap orang
lain, ia akan memerhatikan hak-hak serta perasaan orang lain; akibatnya, ia
juga akan menghormati dirinya sendiri.
Kelima, kebaikan hati membantu anak mampu menunjukkan
kepeduliannya terhadap kesejahteraan dan perasaan orang lain. Dengan
mengembangkan kebajikan ini, anak lebih belas kasih dan tidak terlalu memikirkan
diri sendiri, serta menyadari perbuatan baik sebagai tindakan yang benar,
kebaikan hati membuat anak lebih banyak memikirkan kebutuhan orang lain,
menunjukkan kepedulian, memberikan bantuan kepada yang memerlukan, serta
melindungi mereka yang kesulitan atau kesakitan.
Keenam, toleransi membuat anak mampu menghargai perbedaan
kualitas dalam diri orang lain, membuka diri terhadap pandangan dan keyakinan
baru, dan menghargai orang lain tanpa membedakan suku, gender, penampilan,
budaya, kepercayaan, kemampuan, atau orientasi seksual. Kebajikan ini membuat
anak memperlakukan orang lain dengan baik dan penuh pengertian, menentang
permusuhan, kekejaman, kefanatikan, serta menghargai orang-orang berdasarkan
karakter mereka.
Ketujuh, menuntun anak agar memperlakukan orang lain dengan
baik, tidak memihak, dan adil, sehingga ia mematuhi aturan, mau bergiliran dan
berbagi, serta mendengar semua pihak secara terbuka sebelum memberi penilaian
apa pun. Karena kebajikan ini meningkatkan kepekaan moral anak, ia pun akan
terdorong membela pihak yang diperlakukan secara tidak adil dan menuntut agar
semua orang tanpa pandangan suku, bangsa, budaya, status ekonomi, kemampuan
atau keyakinan.
Membangun Kecerdasan Moral memberikan cetak biru
langkah demi langkah untuk meningkatkan kapasitas moral anak berdasarkan
prinsip-prinsip etika dari ketujuh kabajikan tersebut. Setiap kali anak
berhasil menguasai satu kebajikan, kecerdasan moralnya bertambah, dan ia pun
menaiki tangga kecerdasan moral yang lebih tinggi. *** Semoga ***.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar