Minggu, 22 Mei 2016
SMK & JIWA ENTREPRENEUR ENDANG KOMARA Guru Besar Sosiologi Pendidikan, Ketua STKIP Pasundan, Wakil Ketua ABMPTS Jabar-Banten, Ketua Korpri Kopertis Wilayah IV
Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu negara adalah tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan perkembangan industri modern berbasis informasi yang berubah sangat cepat. Oleh karena itu kualitas pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan suatu negara, termasuk Indonesia.
Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang merupakan lanjutan pendidikan dasar, berbentuk sekolah menengah atas, madrasah aliyah, sekolah menengah kejuruan, atau bentuk lainnya yang sederajat. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (Perguruan Tinggi), baik Strata 1, Strata 2 maupun Strata 3. Pendidikan kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Salah satu peran utama pendidikan di Indonesia adalah untuk membangun dan mengembangkan SDM yang diukur melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan salah satunya oleh ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan produktif, salah satunya dihasilkan melalui pendidikan kejuruan. Pendidikan mampu meningkatkan produktivitas tenaga kerja melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan di tingkat menengah mempunyai andil besar dalam peningkatan produktivitas ini dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan oleh para calom tenaga kerja untuk memulai bekerja maupun untuk melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan bertanggung jawab langsung terhadap penyediaan SDM berkualitas di Indonesia disamping pendidikan tinggi melalui pengembangan layanan pendidikan menengah kejuruan yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan perkembangan zaman dewasa ini.
Rencana Strategis Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan 2015-2019 disusun berdasar beberapa paradigma sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2015-2019. Sebagian paradigma bersifat universal, dikenal dan dipakai oleh berbagai bangsa. Sebagian lagi lebih bersifat nasional, sesuai dengan nilai-nilai dan kondisi bangsa Indonesia. Paradigma tersebut antara lain: Pertama, pendidikan untuk semua. Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia adalah amanat konstitusi. Pendidikan harus dapat diakses oleh setiap orang dan tidak dibatasi oleh usia, tempat dan waktu. Pemerintah harus menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang memiliki hambatan fisik maupun mental, ekonomi dan sosial maupun kendala geografis. Kedua, pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, yaitu pembelajaran sejak lahir hingga akhir hayat. Pendidikan harus diselenggarakan dengan sistem terbuka yang memungkinkan fleksibilitas pilihan dan waktu penyelenggaraan program lintas satuan dan jalur pendidikan. Ketiga, pendidikan sebagai suatu gerakan. Pemerintah memang bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan yang sebaik-baiknya bagi semua warga negara. Namun, semua pihak dapat memberi kontribusi dalam penyelenggaraan pendidikan agar hasilnya menjadi optimal. Penyelenggaraan pendidikan harus disikapi sebagai suatu gerakan, yang mengintegrasikan semua potensi negeri dan peran aktif seluruh masyarakat. Keempat, penyelenggaraan pendidikan harus memperlakukan, memfasilitasi dan mendorong peserta didik menjadi subjek pembelajaran mandiri yang bertanggung jawab, kreatif dan inovatif. Pendidikan diupayakan menghasilkan insan yang suka belajar dan memiliki kemampuan belajar yang tinggi. Pembelajar akan mampu menyesuaikan diri dan merespon tantangan baru dengan baik. Kelima, pendidikan membentuk karakter. Pendidikan berorientasi pada pembudayaan, pemberdayaan, pembentukan kepribadian. Kepribadian dengan karakter unggul antara lain bercirikan kejujuran, akhlak mulia, kemandirian, serta kecakapan hidup. Keenam, sekolah yang menyenangkan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang utama merupakan suatu ekosistem. Suatu tempat yang di dalamnya terjadi hubungan saling ketergantungan antara manusia dengan lingkungannya. Sekolah harus menjadi tempat yang menyenangkan bagi manusia yang berinteraksi di dalamnya, baik siswa, guru, tenaga pendidik, orang tua siswa dan pelaku lainnya. Ketujuh, pendidikan membangun kebudayaan. Pendidikan memiliki hubungan yang amat erat dengan kebudayaan. Sebagian dari paradigma tersebut mengandung aspek kebudayaan atau proses budaya. Pendidikan juga pada dasarnya adalah proses membangun kebudayaan atau membentuk peradaban. Pada sisi lain, pelestarian dan pengelolaan kebudayaan adalah untuk menegaskan jati diri dan karakter bangsa Indonesia.
Peran entrepreneur dalam menentukan kemajuan suatu negara telah dibuktikan oleh beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, plus tetangga terdekat kita, yaitu Singapura dan Malaysia. Di Amerika Serikat, sampai saat ini, sudah lebih dari 12 persen penduduknya menjadi entrepreneur baru, serta data menunjukkan bahwa dari 1 dari 12 orang Amerika Serikat terlibat langsung dalam kegiatan entrepreneur. Itulah yang menjadikan Amerika Serikat sebagai negara adi kuasa dan super power. Selanjutnya Jepang lebih dari 10 persen penduduknya sebagai wirausaha dan lebih dari 240 perusahaan Jepang yang berskala kecil, menengah, dan besar bercokol di bumi kita, Indonesia. Padahal Jepang mempunyai luas wilayah yang sangat kecil dan sumber daya alam yang kurang mendukung (kurang subur), namun dengan semangat dan jiwa entrepreneurship-nya menjadikan Jepang sebagai negara terkaya di Asia. Mengintip sedikit jumlah pengusaha tetangga terdekat yang satu rumpun dengan kita, yaitu Singapura dan Malaysia. Fakta menyebutkan bahwa lebih dari 7,2 persen pengusaha Singapura dan lebih dari 3 persen pengusaha Malaysia yang menjadikan pertumbuhan ekonomi, semakin jauh meninggalkan kita. Indonesia hanya memiliki 0,18 persen pengusaha, alias kurang dari 1 persen dari jumlah penduduk kita saat ini, yaitu 243 juta. Padahal untuk membangun ekonomi bangsa agar menjadi bangsa yang maju, menurut salah seorang sosiolog yaitu David McClelland (1998), sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen wirausaha dari populasi penduduknya, atau dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di Indonesia saat ini. Begitupun menurut Ciputra (2013), sedikitnya dibutuhkan minimal 2 persen pengusaha untuk menjadikan bangsa ini bangkit dari keterpurukan.
Di Indonesia, usaha-usaha menanamkan jiwa kewirausahaan di Sekolah Menengah Kejuruan dan Perguruan Tinggi terus digalakkan dan ditingkatkan, tentunya dengan berbagai metode dan strategi yang membuat siswa/mahasiswa tertarik untuk berwirausaha. Menurut Heri Kuswara (2012) sedikitnya ada enam usaha yang bisa dilakukan, antara lain: pertama, pendirian pusat kewirausahaa; kedua, entrepreneurship priority; ketiga, pengembangan program wirausaha; keempat, program wirausaha mandiri; kelima, program peningkatan kompetensi tenaga kerja dan produktivitas bagi siswa/mahasiswa; serta enam, program pemberian modal usaha untuk siswa/mahasiswa.
Pembinaan dan pengembangan jiwa kewirausahaan di lingkungan sekolah kejuruan dan Perguruan Tinggi dapat melalui program pengembangan kewirausahaan pada para siswa/mahasiswa dan juga staf pengajar, yang diharapkan menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi, antara penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa kewirausahaan yang akhirnya negara kita sejajar dengan bangsa dan negara lain. *** Semoga ***.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar