Senin, 23 Juli 2012

RAMADHAN MEMBENTUK BUDI LUHUR

Oleh H. ENDANG KOMARA Guru Besar Kopertis Wilayah IV Dpk Pada STKIP Pasundan dan Wakil Ketua YPLP PT PGRI Provinsi Jawa Barat Saat ini umat Islam sedang melaksanakan Ibadah Syaum pada bulan suci Ramadhan 1433 H yang merupakan bulan penekan hawa nafsu. Ibadah syaum dengan semua ketentuannya merupakan latihan jasmani dan rohani yang menghendaki kesadaran dan ketaatan kaum muslimin; sadar akan hikmat yang terkandung di dalamnya serta taat akan semua ketentuannya meskipun dengan penderitaan yang sangat. Sebab kenyataan yang kita jumpai dalam melakukan ibadah syaum banyak penderitaan yang kita rasakan, baik jasmani maupun rohani; penderitaan jasmani yang kita rasakan ialah lemahnya tenaga karena lapar dan haus, yang kesemua itu dapat menyebabkan kurangnya gairah kerja. Begitu pula rohani kita melaksanakan penderitaan karena terpaksa harus menekan syahwat yang tiba-tiba menyelinap dalam hati di saat berhadapan dengan istri pada saat kita berpuasa, yakni pada waktu siang. Padahal yang demikian adalah tuntunan jiwa yang wajar bagi setiap makhluk yang hidup serta normal. Akan tetapi penderitaan-penderitaan itu bukanlah beban yang berat manakala seseorang telah benar-benar tumbuh kesadaran serta ketaatannya. Jika sudah demikian keadaan seseorang maka masuklah ia dalam golongan orang-orang bertaqwa. Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Baqarah:183, ‘’Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.’’ Allah Swt adalah Maha Bijaksana, sehingga betapapun beratnya suatu keawajiban atas hamba-Nya sudah barang tentu Allah memberikan keringanan/rukhshah bagi orang-orang tertentu seperti musafir, orang-orang tua yang sudah tidak kuat melakukannya, orang-orang yang sakit dan membabayakan terhadap keselamatan dirinya dan lain-lainnya yang telah ditetapkan oleh syar’a. Rukhshah itupun berlaku bagi orang-orang yang melakukan puasa, yakni bagi mereka yang tidak sengaja melakukan sesuatu perbuatan yang dapat membatalkan puasa. Rasulullah Saw bersabda: ‘’Barangsiapa berbuka (makan/minum) padahal itu puasa Ramadhan, karena lupa, maka tiada qadla dan kifarat baginya.’’ Keistimewaan lain bagi orang-orang yang berpuasa sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw, dari Riwayat Abu Hurairah: ‘’Barangsiapa yang melakukan puasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap ridla Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.’’ Jelaslah bahwa puasa Ramadhan penuh keutamaan bagi mereka yang melakukannya, terutama pahala yang diperoleh. Oleh sebab itu berbahagialah kita yang saat ini berada di bulan Ramadlan dan dapat mengerjakan puasa. Adapun perbuatan-perbuatan sunnah yang dapat menyempurnakan ibadah puasa menurut Dr. H. Miftah Faridl (2007), yaitu, pertama, melaksanakan makan sahur, Rasulullah Saw. bersabda: ‘’Bersahur itu berkah, maka janganlah kamu tinggalkan walau seorang di antara kamu itu akan mereguk air. Karena Allah dan para malaikat-Nya akan mengucapkan shalawat pada orang-orang yang bersahur.’’ (HR. Ahmad). Kedua, mempercepat berbuka apabila telah tiba waktunya, Rasulullah Saw. bersabda, ‘’Selalulah manusia itu dalam kebajikan selama mereka menyegerakan berbuka.’’ (HR Bukahari dan Muslim). Ketiga, memperbanyak membaca Al-Qur’an. Allah telah memilih bulan suci Ramadhan untuk menurunkan petunjuk dan nikmat yang besar yang tidak ada tandingannya, yaitu Al-Qur ‘an. Oleh karena itu dianjurkan untuk dibaca, ditelaah, dipelajari dan ditafakuri dengan baik, terutama pada bulan Ramadhan. Keempat, memperbanyak sedekah, Rasulullah Saw. bersabda, ‘’Sedekah yang paling utama adalah sedekah yang dikeluarkan pada bulam Ramadhan.’’ (HR Tirmidzi). Kelima, shalat malam, Rasulullah Saw. bersabda, ‘’Barangsiapa berpuasa di siang harinya (puasa Ramadhan) dan mendirikan shalat malam (qiyamul lail) di malam harinya karena iman dan mengharap ridha Allah, niscaya bersihlah ia dari dosanya seperti ia di waktu dilahirkan oleh ibunya.’’ (HR Ibnu Khuzaimah). Keenam, melakukan I’tikaf, yakni tinggal di suatu tempat yaitu masjid untuk melakukan ibadah. Ibadah ini terutama dianjurkan untuk dilakukan sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Dalam suatu hadist dinyatakan, ‘’Nabi Saw. biasa beri’tikaf di sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian sesudah wafatnya istri-istrinya beri’tikaf.’’ (HR Muttafaq ‘alaih). Ketujuh, memperbanyak doa kepada Allah, berdoa adalah ibadah yang khas yang menghubungkan hati dan pikiran manusia kepada Tuhannya, yang mungkin dilakukan di awal, sewaktu, atau sesudah suatu keinginan ataupun usaha dilaksanakan dan ini sangat baik sekali bila dilakukan di tempat yang suci, di rumah Allah, yaitu masjid. Allah Swt. berfirman, ‘’Dan Tuhanmu berfirman, ‘’Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina-dina.’’ (al-Mu’min:60). Kedelapan, banyak berdzikir kepada Allah. Zikrullah (zikir kepada Allah) adalah termasuk ibadah yang diperintahkan Allah di mana pun kita berada, terutama di Baitullah (masjid). Sebagaimana firman Allah, ‘’... Dan sebutlah (nama) Tuhanmu banyak-banyak, dan bertasbihlah (memuji-Nya) pada waktu petang dan pagi hari.’’ (Ali Imran:41). Kesembilan, carilah malam itu. Nabi Muhammad Saw pernah diperintahkan oleh Allah umat-umat terdahulu. Beliau sedih karena umur mereka panjang-panjang dibanding umatnya. Bahkan, ada riwayat menyatakan seorang yang saleh dari Bani Israil berumur lebih dari seribu tahun. Sepanjang hidupnmya dia pergunakan untuk jihad di jalan Allah dan taat beribadah di malam harinya. Kalau umur umat Muhammad sekitar 60-70 tahun, maka tidak bisa dibandingkan amalnya dengan umat terdahulu. Padahal umat Islam adalah khairul ummah (umat terbaik). Allah menjawab keprihatinan Rasulullah Saw. dengan menurunkan malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Yaitu, suatu malam yang nilainya sama dengan seribu bulan (Surat al-Qadar ayat 3) atau 83 tahun lebih empat bulan, atau sebanyak 29.500 hari. Andaikan umat Islam mendapatkan malam tersebut selama 15 tahun saja tentu mereka sudah bisa menyaingi amal umat terdahulu. Untuk mendapatkan malam istimewa tersebut, bisa dilakukan dengan cara beribadah sepanjang malam dalam satu bulan tersebut. Karena, satu hari dalam bulan tersebut ada malam yang sangat mulia. Namun, kalaulah kita tidak kuat beribadah sepanjang satu bulan, Rasulullah Saw. menyatakan lebih detail bahwa di bulan Ramadhan, Lailatul Qadar tersebut jatuh di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Mudah-mudahan kita bisa meningkatkan kualitas syaum Ramdhan tahun ini dengan disempurnakan dengan berbagai perbuatan sunat, baik di lakukan pada siang hari maupun malam hari. Juga mudah-mudahan Allah Swt mempertemukan kembali dengan Ramadhan-Ramdhan berikurnya, amin *** CURRICULUM VITAE Nama Lengkap : Prof. Dr. H. Endang Komara, Drs., M.Si Tempat dan Tgl Lahir : Purwakarta, 19 Juli 1964 Pekerjaan : Dosen PNS Kopertis Wilayah IV Dpk pada STKIP Pasundan Cimahi Jabatan Fungsional : Guru Besar Sosiologi Pendidikan Pangkat/Golongan : Pembina Utama Madya, IV/d Pendidikan Terakhir : S3 UNPAD, lulus 2003 Alamat Rumah : Jl. Solontongan II/3 RT. 01 RW. 06 Kel. Turangga Kecamatan lengkong Kota Bandung 40264 Email: endang_komara@yahoo.co.id www.endangkomarasblog.blogspot.com. Publikasi Ilmiah : JPIPS UPI, Historia UPI, Jurnal Mahkamah Konstitusi, Tridharma Kopertis IV, Jurnal Pendidikan fakultas Tar- biyah UIN Sunan Gunung Djati, Suara Daerah dan HU Pikiran Rakyat. Bandung,22 Juli 2012 Penulis, Prof. Dr. H. Endang Komara,Drs., M.Si